POST: by Aspuri
Sering terjadi diskusi antar
mahasiswa dalam hal sains dan teknologi. Tidak jarang diskusi pun sering
diwarnai dengan konflik-konflik yang menimbulkan suatu permasalahan baru. Yang
tadinya ingin menuntaskan permasalahan yang didiskusikan, tetapi yang terjadi
masalah merambat ke segala arah sehingga bukannya selesai tetapi malah semakin
ruwet.
Akhinrya diskusi pun berujung
pada pro kontra terhadap teknologi. Jika sudah seperti itu, yang terjadi adalah
debat kusir yang tidak menghasilkan apapun kecuali permusuhan. Tentu hal ini
merupakan suatu hal yang tidak baik, karena secara etika ini menyakiti orang
lain dan secara ilmiah ini adalah kekalahan intelektual. Oleh sebab itu,
kalangan intelektual khususnya mahasiswa perlu melakukan muhasabah terhadap
diskusi-diskusi yang telah dilakukan.
Mudah-mudahan tulisan ini dapat
memberikan suatu triger untuk menjadi orang yang fair dalam
berdiskusi, ketika kalah ya mengaku kalah dan mengakui yang menang. Dan juga
mudah-mudahan dapat menjadi referensi untuk lebih dikembangkan lagi.
Berkenaan dengan masalah dan
teknologi, kita pernah pasti pernah mendengar bahwa ada orang-orang yang
berangapan bahwa kerusakan dunia saat ini yaitu terjadinya perang, moral bejat,
akhlak ambruk, dll adalah disebabkan oleh teknologi. Maka dari itu teknologi
harus dijauhi.
Di samping itu, ada juga orang
yang mengatakan bahwa tanpa adanya sains dan teknologi maka tidak mungkin
peradaban manusia terjadi seperti saat ini. Adanya alat transportasi yang
cepat, bisa berkomunikasi dengan siapapun di dunia ini, dll adalah hasil sains
dan teknologi. Tanpa teknologi hidup pasti sulit, maka teknologi itu penting
dan adapun kerusakan yang ditimbulkan itu karena manusianya yang tidak bisa
menggunakannya.
Kemudian muncul dalam pikiran
kita suatu pertanyaan “lantas bagaimana mendudukan teknologi yang benar dalam
hidup ini?”.
Dalam pandangan kapitalisme
(ideologi Indonesia saat ini) teknologi merupakan suatu sarana untuk menggapai
kebahagiaan dan kepuasan dunia semata. Karena kapitalisme berpandangan bahwa
hidup itu hanya untuk materi yaitu mencari kesenangan sebesar-besarnya. Begitupun
sosislisme (ideologi Indonesia saat orde lama) mereka juga berpandangan bahwa
hidup itu harus dinikmati dengan cara hidup bersenang-senang apapun caranya
yang penting senang. Dengan kata lain, keduanya mengejar manfaat atau manfaat
menjadi standar kehidupannya.
Maka tidak heran jika mahasiswa
saat ini berpikiran kerja, kerja, kerja, uang, uang, uang, dll. Itu karena mindset
yang ada pada dirinya adalah mindset kapitalis atau sosialis.
Saat ini sangat sedikit sekali
mahasiswa yang memiliki pemikiran Islam yang benar. Kebanyakan seperti yang di
atas. Maka jangan aneh ketika mereka menggunakan, berargumen, berpendapat, dll
tentang sains dan teknologi pasti ujung-ujungnya adalah kesenangan untuk
dirinya. Ini jelas pemahaman yang sangat keliru.
Dengan demikian, bisa kita
ketahui bahwa pandangan kapitalisme dan sosialisme dalam hal sains dan
teknologi adalah salah. Maka pandangan siapakah yang benar? Jawabannya Islam.
Inilah yang dilupakan mahasiswa, mereka tidak bisa berpikir islami, padahal
seseorang dikatakan memiliki kepribadian islam ketika pola pikir dan pola
sikapnya islami.
Dalam islam, sains dan teknologi
sangat penting untuk membangun peradaban yang kuat dan tangguh. Sebagaimana halnya
dahulu para khalifah mendorong kaum muslim untuk mencipatakan teknologi dan
membuat karya ilmiah guna mengembangkan dan memanfaatkan SDA yang ada. Seperti
kita ketahui para ilmuwan islam seperti al-Khawarizmi ahli matematika, Ibnu
Firnas konseptor pesawat terbang, Jabir bin Haiyan bapak kimia, dan masih
banyak lagi. Mereka semuanya mengerahkan segenap upaya dan berkarya untuk umat.
Jadi, Islam tidak pernah melarang sains dan teknologi, tetapi justru Islam
selalu terdepan dalam sains dan teknologi sejak 13 abad yang lalu.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
“Kalian lebih tahu
urusan dunia kalian”
Hadits ini menunjukkan kebolehan
mengenai sains dan teknologi karena pada saat itu Rasulullah SAW ditanya oleh
seseorang tentang pertanian, tapi Rasulullah tidak memberikan jawaban yang
benar karena Rasulullah tidak ahli dalam pertanian.
Maka dari itu, sains dan
teknologi merupakan madaniyah ‘am yaitu benda yang tidak ada sangkut
pautnya dengan hadlarah. Sebagaimana Imam Taqiyuddin an-Nabhani dalam
kitabnya Nizhamul Islam menyebutkan bahwa “Sedangkan bentuk-bentuk
madaniyah yang menjadi produk kemajuan sains dan perkembangan
teknologi/industri tergolong madaniyah yang bersifat umum, milik seluruh umat
manusia”. Madaniyah itu
sendiri merupakan merupakan bentu-bentuk fisik berupa benda-benda yang terindera
dan digunakan dalam kehidupan yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan.
Maka dengan hal ini jelaslah
sudah bahwa produk dari sains dan teknologi dalam pandangan Islam boleh/mubah.
Tetapi ingat bahwasannya ada juga madaniyah yang bersifat khas seperti patung,
salib, bintang david, dll itu merupakan karya/hasil dari hadlarah selain
Islam, maka menggunakannya adalah suatu kemaksiatan dan hukumnya haram.
Perlu kita ketahui bahwa hadlarah
merupakan sekumpulan ide/pemahaman akan kehidupan. Setiap ideologi memiliki
perbedaan hadlarah. Barat misalnya, tujuan kehidupan bagi mereka adalah mencari
kesenangan dengan jalan mencari manfaat sebesar-besarnya, sedangkan Islam bertujuan
untuk menggapai ridla Allah SWT dan standarnya adalah halal-haram. Artinya
penggunaan sains dan teknologi dalam Islam adalah untuk menggapai ridla Allah
SWT.
Kesimpulannya adalah Islam
memandang bahwa benda-benda hasil sains dan teknologi adalah mubah. Siapapun
boleh mengambilnya dan menggunakannya. Dalam penggunaannya tentu berbeda
anatara orang yang berpikiran Islam dengan orang yang berpikiran kapitalis atau
sosialis. Maka tinggal kita pilih kacamata mana yang benar untuk memandang dan
menghukumi berbagai macam fakta. Islam? Kapitalis? Atau sosialis? Hidup adalah
pilihan maka pilihlah pilihan yang terbaik karena kita akan dipertnggung
jawabkan di akhirat kelak.
Dengan demikian, tuntaslah sudah
permasalahan atau perbedaan pendapat dalam hal sains dan teknologi. Terbukti
bahwa Islam dapat menjawab persoalan ini karena Islam merupakan problem
solving dalam hidup ini. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam bish shawab
No comments:
Post a Comment