Tuesday, June 11, 2013

Al Isra' Wal Mi'raj: Faith and Science

Sori, telat momennya. Biasa, sibuk kerjaan…

Tulisan ini adalah otokritik untuk Muslim, termasuk saya sendiri. Sebelum kita masuk ke pembahasan utama, kita sepakati dulu bahwa terminologi “Islam” dan “Muslim” itu berbeda. Mungkin secara sederhana, semua orang sudah maklum bahwa “Islam” adalah agama, sedangkan “Muslim” adalah pemeluknya. Secara “umum”, seperti itu mungkin gamblangnya. Itu secara umum loh ya…

…Tapi sayangnya, “Muslim umum” kebanyakan terlalu malas untuk mencoba mengerti, mempelajari dan memahami “Islam” secara penuh (kaffah). Disuruh sholat, ndak sholat. Disuruh zakat, ndak zakat. Disuruh Iqra’, malas. Dianjurkan sedekah, pelit. Disuruh banyak-banyak ingat mati, yang dipikir hidupnya terus. Dan terakhir, disuruh berpikir pun ogah. Jadi apa maumu, Muslim? Mau langsung masuk sorga? Dan yang terpenting, apa pantas kita menyandang gelar “Muslim” kalau tidak sholat, tidak zakat, tidak belajar, tidak sedekah dan tidak berpikir? Tidak usah dijawab, biar Tuhan yang menilai. Saya pun tidak berani dan tidak punya kapasitas untuk menjawab.

Islam adalah kebenaran hakiki. Tinggi, mulia, agung, megah dan MASUK AKAL. Yang terakhir itu penting. Bayangkan kalau Tuhan menciptakan manusia dengan dianugerahi akal (yang mana membuat kita jadi mahluk ter-mulia), tapi kemudian menurunkan wahyu yang bertolak belakang dengan akal yang dianugerahkan-Nya sendiri untuk manusia. Pokoknya disuruh percaya aja! Tapi kalo ndak masuk akal gimana dong? Bingung kan?

Contoh kecil, bayangkan kalo ajaran Islam mewajibkan kita minum khamar. Lalu dengan keyakinan penuh, kita mabok-mabokan tiap hari. Bangun tidur langsung mabok, sampe tertidur lagi karena mabok parah. Gas pol, toh mabok itu enak. Makin mabok makin beriman. Trus kemudian terbukti secara ilmiah, bahwa khamar itu ternyata buruk bagi kesehatan, merusak akal, menghilangkan kesadaran, dll. Nah loh, masuk akal ndak tuh Tuhan mewajibkan kita mengerjakan sesuatu yang buruk-buruk?

Contoh lain, Tuhan mewajibkan kita berpuasa di bulan Ramadhan dan menganjurkan kita berpuasa di saat-saat tertentu. Tadinya kita ndak mikir apa-apa, lakukan saja. Biar lapar dan haus, bibir kering, badan loyo…hajar saja. Kan diwajibkan. Tapi kemudian terbukti secara ilmiah bahwa puasa membantu menjaga kesehatan, meregenerasi sel-sel tubuh dengan sempurna, melancarkan peredaran darah dan yang terpenting kita jadi peka terhadap saudara-saudara kita yang kekurangan. Naaah, jadi masuk akal toh? Dapat pahala pula. Untung berlipat ganda, bro!

Itulah ajaran Islam! Itulah wahyu Tuhan! Harus masuk akal! Makanya DIA menyuruh kita berpikir! Nah, mari kita BERPIKIR sekarang!

Pertama-tama saya tegaskan dulu bahwa landasan logika berpikir kita adalah keyakinan, bukan sebaliknya. Bukan keyakinan yang dilandasi logika, melainkan logika yang berlandaskan keimanan! Jadi yang benar adalah: ilmu pengetahuanlah yang mengikuti AL-Qur’an, bukan sebaliknya. Al-Qur’an sudah menjelaskan semuanya, Muslimlah yang bertugas untuk BERPIKIR dan membuktikan. Ingat, bepikir itu WAJIB bagi MUSLIM. Kalo menolak berpikir berarti….jawab sendiri. Ok? Sepakat? Kalo ndak sepakat, silakan tutup halaman ini dan tidak perlu lanjut baca. Hehehe…

Saya akan mengajak Anda menjelajahi alam berpikir saya. Catat baik-baik: ini adalah alam berpikir SAYA, jadi saya TIDAK meng-klaimnya sebagai sebuah kebenaran hakiki. Mungkin saja salah. Tapi setidaknya saya mencoba menjadi Muslim yang berpikir. Yuk kita mulai…

Al Isra’ Wal Mi’raj; Ini adalah dua peristiwa besar yang terjadi dalam satu malam. Isra’ adalah perjalanan horizontal Rasulullah Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Mi’raj adalah perjalanan vertikal beliau SAW menuju tempat tertinggi, Sidratul Muntaha, dimana beliau SAW menerima perintah sholat 5 waktu.

Jarak Masjidil Haram dan Masjidil Aqsa adalah sekitar 1500 kilometer. Sedangkan jarak bumi ke Sidratul Muntaha adalah tidak terbayangkan. Gimana mau dibayangkan, Sidratul Muntaha itu menembus langit ke tujuh, bro! Jadi bagi mereka yang tidak beriman, perjalanan ini adalah sebuah hal yang tidak masuk akal. Betulkah begitu?

Pemikiran pertama: Kecepatan cahaya.
Rasulullaw SAW melakukan perjalanan tersebut menunggangi mahluk yang disebut Buraq. Dalam bahasa Arab, kata tersebut diekstrak dari kata Al-Barq yang berarti “cahaya”. Jadi apakah Rasulullah bergerak dengan laju kecepatan cahaya? Hehehe…jangan buru-buru menyimpulkan. Kita liat dulu paragraf berikutnya. Saya sarankan membacanya sambil duduk, biar ndak puyeng hehehe….

Dalam ilmu Fisika, laju kecepatan cahaya adalah sekitar 300.000.000 m/detik. Tiga ratus juta meter per-detik! Jadi, dalam satu detik, seberkas cahaya dapat menempuh jarak sejauh 300 juta meter atau 300.000 km (dalam ruang hampa). Kedengarannya memang dahsyat sih. Tapi apakah kecepatan segitu cukup untuk menembus langit ke tujuh bola-balik dalam semalam?

Sebagai gambaran, bumi kita terdapat dalam gugusan bintang yang disebut sebagai Galaksi Bimasakti (Milky Way). Dalam satu galaksi, terdapat ratusan miliar hingga TRILIUNAN bintang. Sedangkan di alam semesta ini terdapat sekitar 1000 Milyar galaksi yang sudah terdeteksi oleh manusia, yang belum terdeteksi tentu lebih banyak lagi. Galaksi yang paling dekat dengan Bimasakti adalah Galaksi Andromeda. Jarak antara Galaksi Bimasakti dan Andromeda adalah 18,8 triliun kilometer. Dengan fakta kecepatan laju cahaya 300.000.000 m/detik, berarti seberkas cahaya yang “berangkat” dari Bimasakti menuju Andromeda, baru akan sampai di tujuannya dalam 2,5 juta tahun. Itu galaksi TERDEKAT, lho!

Dengan asumsi “langit ke tujuh” itu jaraknya berkali-kali lipat lebih jauh lagi, maka akal manusia saya dengan segala keterbatasannya mengatakan: TIDAK MUNGKIN Rasulullah SAW melaju “hanya” dengan kecepatan cahaya dalam peristiwa Mi’raj. Boro-boro menembus langit ke tujuh dalam semalam, ke galaksi terdekat saja butuh 2,5 juta tahun hanya untuk sekali jalan. Belum pulangnya. Berarti butuh 5 juta tahun cahaya hanya untuk PP Bimasakti-Andromeda. Hanya orang kurang kerjaan yang mau melakukan ini.

Jadi bagaimana Rasulullah melakukan perjalanan tersebut?



Pemikiran kedua: Black Hole.
Black Hole atau Lubang Hitam adalah materi yang terbentuk di alam semesta sebagai hasil dari meledaknya bintang tua. Bingung? Gampangnya gini, coba bayangkan matahari. Matahari adalah salah satu bintang yang usianya “remaja”. Suatu saat, matahari akan menjadi tua dan kehabisan bahan bakar. Seperti lampu bohlam yang menjadi sangat terang menjelang padam, matahari pun demikian. Ia akan menjelma menjadi bola nuklir raksasa yang sangat besar dan panas (supernova), jaaauuhh lebih besar dan lebih panas dari keadaannya yang sekarang, sesaat (baca: sekitar jutaan tahun) sebelum matahari "padam". Lalu kemudian meledak dan menciut sekecil-kecilnya.

Anda silakan bayangkan sebuah reaktor nuklir raksasa yang dipadatkan menjadi sangat kecil. Inilah Lubang Hitam. Nah, bintang adalah reaktor nuklir yang mempunyai gaya gravitasi jauh lebih besar daripada planet. Dan ketika dipadatkan, gaya gravitasi ini pun menjadi semakin besar. Semakin padat bintangnya, gaya gravitasinya makin besar. Saking besarnya, tidak ada yang bisa lolos dari gravitasi Lubang Hitam, termasuk cahaya. Cahaya? Iya, cahaya. Ingat, cahaya selain merupakan gelombang elektromagnetik, ia juga merupakan materi. Dan materi terpengaruh oleh gravitasi, sedangkan Lubang Hitam mempunyai gaya tarik gravitasi yang sangat besar sehingga sanggup menarik cahaya. Itulah sebabnya disebut sebagai “BLACK HOLE” atau “LUBANG HITAM”, karena ia mustahil bisa dilihat oleh mata sebab cahaya pun tidak akan lolos dari gaya gravitasinya, pasti terjerat. Gimana bisa dilihat kalo ndak ada cahaya?

Apa yang terjadi jika kita terjerat masuk ke dalam Lubang Hitam? Beberapa ilmuwan berspekulasi, kita akan terhempas ke ruang dan waktu yang lain dengan seketika. Bahkan mungkin dimensi lain. Tapi ini masih berupa logika samar, artinya bagi saya pribadi literatur yang membahas mengenai kemungkinan-kemungkinan ini masih serba samar.

Tapi satu hal yang perlu Anda ketahui mengenai gravitasi: secara ilmiah, gravitasi BUKAN hanya gaya tarik tok. Gravitasi bukan sekedar suatu “kekuatan misterius” yang membuat kita masih tetap menapak bumi, atau “kekuatan yang membuat benda yang dilempar ke atas pasti jatuh ke bawah lagi”. Tidak sesederhana itu.

Tetapi gravitasi adalah: pembengkokan ruang dan waktu yang dilakukan/diakibatkan oleh benda ber-massa. Kata kuncinya: RUANG DAN WAKTU PUN BISA BENGKOK. Kalau ruang dan waktu bisa dibengkokkan, berarti ruang/jarak bisa dijauhkan dan bisa juga didekatkan, sedangkan waktu bisa dicepatkan dan bisa juga dilambatkan. Setuju?

Pikir sendiri konsekuensi dari bengkoknya ruang dan waktu yang diakibatkan benda bermassa sangat besar.



Pemikiran ketiga: Quantum Entanglement.
Anda tahu apa itu quantum entanglement? Dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Jerat Quantum. Jerat Quantum adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sifat “keterkaitan” yang istimewa antara dua materi murni dan memiliki “interaksi” yang unik. Bingung? Bagus, berarti Anda berpikir. Kalo ndak mikir, mungkin sudah blank hahaha…

Jadi gini, dalam Fisika quantum terdapat fenomena yang menarik dimana dua atau lebih materi yang tadinya berasal dari satu materi yang sama, lalu kemudian meledak dan masing-masing terhempas hingga terpisah jarak sangat jauh (romantisnya…), ternyata masih memiliki interaksi satu sama lain. Istilah ABG-nya, masih sejiwa alias soulmate.

Biar gampang dipahami, bayangkan seperti ini: Di awal pembentukan alam semesta, pada saat terjadinya Big Bang, bayangkan sebuah batu yang meledak menjadi kepingan-kepingan kecil yang masing-masing terhempas, terpisah sangat jauh. Nah, ternyata masing-masing “kepingan” tersebut, karena awalnya berasal dari satu materi yang sama, masih memiliki keterkaitan dan berinteraksi satu sama lain walaupun terpisah jarak dan waktu yang sangat jauh. Bahkan beberapa ahli percaya, saking soulmate-nya Jerat Quantum ini sehingga perubahan yang terjadi pada salah satu materi, akan berpengaruh pada materi pasangannya. Duh, romantisnya…

Laju kecepatan Quantum Entanglement ini adalah 10.000 kali lebih cepat dari kecepatan cahaya.

Trus, apa hubungannya dengan Mi’raj? Saya belum berani menuliskan lebih jauh. Maksud saya menulis penjelasan di atas agar supaya kita sama-sama tahu bahwa ada kecepatan yang lebih cepat dari laju cahaya. Bahkan hingga 10.000 kalinya. Tidak menutup kemungkinan ada yang lebih cepat lagi dari itu. Sementara sampai disitu saja dulu.



Pemikiran keempat: Quantum Leap/Worm Hole.
Dari tadi kita banyak membahas jarak dan waktu secara linier. Sebenarnya ada teori lain mengenai jarak dan waktu tersebut.

Contoh gini: Kita tahu bahwa jarak terdekat antara dua buah titik adalah sebuah garis lurus. Kalau pada sebuah kertas kita menggambar titik A dan titik B, kemudian kita hubungkan kedua titik tersebut dengan sebuah garis lurus dan setelah diukur ternyata panjang garis lurus tersebut 10 cm, berarti bisa dikatakan bahwa jarak antara titik A dan titik B adalah 10 cm. Itu adalah jarak linier.

Kalau kita ingin lebih mendekatkan kedua titik tersebut, yang perlu dilakukan adalah melipat kertas tersebut sehingga titik A dan B berdekatan, kemudian LUBANGI kertasnya tepat pada titik A dan B sehingga seseorang atau sebuah materi yang berada di titik A, dapat berpindah ke B dengan lebih cepat tanpa harus menempuh jarak linier yang 10 cm tadi.

Lubang itu disebut sebagai Lubang Cacing atau Worm Hole.

Jadi teorinya gini: alam semesta terlipat dan menciptakan worm hole sehingga jarak yang begitu jauh menjadi tidak berarti bagi buraq. Dan hanya Sang Maha Pencipta alam semesta yang Maha Perkasa-lah yang mampu berbuat demikian, karena melipat alam semesta tentu saja membutuhkan energi yang sangat besar.

Tapi itu semua cuma teori. Dan lagi-lagi, itu hanyalah hasil ekstraksi pemikiran akal manusia yang serba terbatas. Apalagi manusia seperti saya, yang suka bolos waktu sekolah. Untung waktu kuliah mulai berubah, dari yang tadinya suka bolos jadi tidak pernah masuk. Hehehe….

Tapi Tuhan menantang kita. Tantangan sekaligus motivasi sekaligus perintah. DIA berfirman, …kalau kita mampu menembus langit dan bumi, maka tembuslah! Tapi kita tidak akan bisa menembusnya kecuali dengan kekuatan (sulthoon).

Ada kata kecuali dan ada kata kekuatan. Silakan berpikir apa maksudnya. Jangan cuma mem-beo dari kata ustadz anu atau kyai itu. Berguru boleh, saya pun masih sangat bodoh dan haus untuk belajar dari orang yang saya anggap lebih mengerti. Tapi jangan juga menjiplak “cetakan” pemikiran guru kita. Kebenaran hakiki hanya milik Tuhan, bukan milik kyai atau ustadz tertentu. Anda punya akal sendiri, kan? Atau ndak punya? Hehehe…

Orang yang semata-mata menyandarkan segala sesuatunya pada keyakinan semata tanpa berpikir, adalah orang yang malas belajar dan lemah akal. Orang yang menyandarkan segala sesuatunya pada logika semata tanpa keyakinan, adalah orang yang sombong dan lemah iman.

Wassalam,

No comments: